Makna Ibadah

Senin, 06 Mei 2013




Ibadah secara bahasa bermakna merendahkan diri dan tunduk. Sedang secara istilah, seperti yang didefinisikan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, yaitu: Suatu kata yang meliputi segala perbuatan dan perkataan; zhohir maupun batin yang dicintai dan diridhoi oleh Alloh Ta’ala. Dengan demikian ibadah terbagi menjadi tiga, yaitu: ibadah hati, ibadah lisan dan ibadah anggota badan.
Ibadah yang diterima adalah apabila memenuhi dua syarat, yaitu ikhlas dan mutaba’ah (mengikuti tuntunan Nabi Muhammad SAW). Kedua syarat ini terangkum dalam firman Alloh, “… barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya. (al-Kahfi: 110). Beramal shalih maksudnya yaitu melaksanakan ibadah sesuai dengan tata cara yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan tidak mempersekutukan  dalam ibadah maksudnya mengikhlashkan ibadah hanya untuk Allah semata.
Ikhlash (di landasi tauhid) dalam ibadah adalah seluruh ibadah yang kita lakukan harus ditujukan untuk Allah semata. Walaupun seseorang beribadah siang dan malam, jika tidak ikhlash maka sia-sialah amal tersebut. Allah berfirman, “Padahal mereka tidak disuruh kecuali untuk menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan agar mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (al Bayyinah: 5)
Beribadah hanya dengan Syari’at Rasulullah SAW. Ketahuilah, ibadah bukanlah produk akal atau perasaan manusia. Ibadah merupakan sesuatu yang diridhoi Allah, dan engkau tidak akan mengetahui apa yang diridhoi Allah kecuali setelah Allah kabarkan atau dijelaskan Rasulullah SAW. Dan seluruh kebaikan telah diajarkan Rasulullah SAW dan tidak tersisa sedikitpun. Tidak ada dalam kamus ibadah seseorang melaksanakan sesuatu karena menganggap ini baik, padahal Rasulullah SAW  tidak pernah mencontohkan. Sehingga tatkala ditanya, “Mengapa engkau melakukan ini?” lalu ia menjawab, “Bukankah ini sesuatu yang baik? Mengapa engkau melarang aku dari melakukan yang baik?”. Saudaraku bukan akal dan perasaanmu yang menjadi hakim baik burukya. Apakah engkau merasa lebih taqwa dan shalih ketimbang Rasulullah SAW dan para sahabatnya? Ingatlah sabda Rasulullah SAW, “Barangsiapa yang melakukan satu amalan (ibadah) yang tiada dasarnya dari kami maka ia tertolak.” (HR. Muslim).
http://muslim.or.id

0 komentar: